KH Mas Mansur Basyaiban, tokoh ulama nusantara yang tegas dan selalu mengajak ke jalan Allah, sosok sufi yang alim allamah.
Tak hanya alim allamah, beliau juga seorang mujahid yang selalu mengobarkan kalimat dakwah di jalan Allah ﷻ hingga akhirnya perjuangannya mendapat kehormatan sebagai syahid di jalan Allah, alhamdulillah.
KH Mas Mansur lahir di Surabaya pada tahun 1302 Hijriyah atau sekitar 1884 Masehi. Beliau juga melewatkan masa kecilnya di sana.
Nama lengkap sufi mujahid ini adalah Sayid Manshur bin Mujahid bin Thalhah bin Muhammad Mujahid bin Ali Asghar bin Ali Akbar Al Alawy al Husainy Assyahir bi Basyaiban.
Sebagaimana kebiasaan para sayid Ba’alawi, beliau menuntut ilmu sejak masih kecil.
Mas Mansur kecil juga mengaji Al Quran hingga akhirnya menghafal dan menjadi hafidz Quran di usianya yang masih muda.
Kemudian beliau melanjutkan pendidikannya dengan mengikuti kajian ilmu-ilmu tata bahasa arab seperti Nahwu, Shorof, Balaghoh dan Mantiq, ilmu Fiqih dan juga Ushul kepada Habib Abdullah bin Syekh Bilfaqih dan ulama terkemuka lainnya di masa itu.
Seperti tidak puas dengan keilmuan dhohir yang dimiliki, KH Mas Mansur memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke Bangkalan, Madura untuk shuhbah (nyantri) kepada Syaikhona Kholil dan mengambil baiat thoriqoh serta ilmu-ilmu agama yang lain.
Selepas menuntaskan nyantri di Kiyai Kholil Bangkalan, beliau memutuskan untuk menunaikan rukun Islam yang ke-5, haji pertamanya.
Setelah menyempurnakan ibadah haji pertama, beliau tidak langsung pulang ke Indonesia.
Kiai Mas Mansur memantabkan diri untuk mukim di Mekkah selama beberapa tahun dan menjalankan ibadah haji berkali-kali.
Tak hanya itu, selama di Mekkah yang menjadi salah satu tempat mulia penuh berkah itu, beliau juga tidak menyia-nyiakan waktunya.
KH Mas Mansur tetap menjalankan kewajiban menuntut ilmu agama dengan menimba ilmu dari ulama-ulama terkemuka di Timur Tengah, diantaranya adalah:
Meski terasa berat meninggalkan Mekkah yang menjadi tempat paling mulia, mau tidak mau beliau mesti pulang ke Nderesmo, Surabaya sebagai bentuk hubbul wathan dan menjalankan dakwah sesuai perintah Al Quran.
Pulang dari Mekkah, beliau menetap di Surabaya. Kiyai Mas Mansur mulai mendirikan masjid, 1 dan juga pesantren di Nderesmo.
Sejak saat itu di pesantren yang baru dirintisnya, KH Mas Mansur mulai memberikan kajian-kajian dalam berbagai macam fan ilmu, termasuk ilmu tata bahasa arab, tafsir hadits, fiqih dan juga tasawuf.
Berkat keilmuan yang tinggi, akhlaqul karimah yang selalu beliau terapkan serta perilaku sufi yang menghiasi kehidupan sehari-harinya membuat beliau semakin dicintai dan diikuti oleh berbagai kalangan, baik itu orang-orang khos atau awam sekalipun.
Bahkan pendapat beliau selalu menjadi rujukan, terutama keteguhan beliau dalam mensikapi masalah penjajahan di Indonesia kala itu.
Namun, dengan kedudukan yang setinggi itu, beliau tetap menjalani perilaku khumul, wira’i dan zuhud atas kepemilikan orang lain. Sebuah akhlaq yang semestinya diteladani oleh ulama-ulama masa kini.
Sekitar awal 1940an, ketika Jepang menduduki Jawa beliau menjadi salah satu ulama nusantara yang paling gigih dan terang-terangan dalam melawan Jepang.
2Dalam perlawanannya, akhirnya KH Mas Mansur ditangkap dan dipenjara Jepang. Selama di dalam penjara beliau selalu mengalami siksaan yang berat hingga akhirnya wafat dalam penjara Jepang di tahun 1360 H, atau sekitar 1941 M.3
Semoga Allah merahmatinya beserta guru-guru dan teman seperjuangannya. Dan kita mendapatkan manfaatnya lantaran barokah membaca biografi KH Mas Mansur nDeresmo.
Referensi dan catatan kaki:
Sikap beliau yang menolak hormat bendera Jepang dan Seikere, membuat masyarakat, terutama yang ada di Surabaya mengambil sikap yang sama.
Kondisi ini kontan membuat Jepang geram terhadap sosok KH Mas Mansur Nderesmo dan menjadikannya buronan dan akhirnya tertangkap.
Komentar