Utas yang dicuitkan Dokter K. S. Denta (@sdenta) yang kini sedang menempuh program spesialis anak viral di medsos. Ia menjelaskan mengenai beberapa pengalamannya pada pasien balita yang awalnya memiliki perkembangan yang baik-baik saja, namun lambat-laun melambat setelah dikenalkan dengan gadget. Tak hanya melambat, bahkan ada perkembangan balita lambat yang sampai tidak bisa berbicara, tidak mau main dengan anak-anak lain hingga mengalami tantrum. Penjelasannya saat ini telah disukai 50.6K pencuit lainnya.
Sudah beberapa kali ketemu pasien balita yang awalnya oke2 saja perkembangannya, tiba-tiba begitu ketemu dengan gadget, perkembangannya melambat, bahkan mandeg, gak bisa ngomong, gak mau main sama yang lain, bahkan tantrum. Kenapa gitu? ~a thread~ pic.twitter.com/l18wt92OJ3
— K. S. Denta (@sdenta) March 21, 2021
Pencuit memulai utasnya ini dengan menjabarkan beberapa perbedaan antara anak-anak yang lahir pada jaman dulu dan sekarang. Di masa lalu, jika anak-anak ingin mencari referensi informasi maka rujukannya adalah Rangkuman Pengetahuan Umum Lengkap (RPUL) serta berbagai buku pintar lainnya. Sedangkan di masa modern ini, anak lahir di zaman serba teknologi canggih dan sudah terkoneksi, sehingga informasi apapun mudah didapat dengan hanya satu-dua klik saja.
Meski seharusnya bagus untuk perkembangan balita karena anak bisa terstimulasi dengan berbagai informasi dan membantu proses belajar lebih efisien, namun informasi lewat layar gadget punya banyak risiko bagi perkembangan balita.
Waktu layar (screen time) via gadget bersifat lebih personal dan memungkinkan fokus anak 100 persen hanya pada layar, berbeda dengan televisi yang bisa ditonton bersama keluarga sehingga kontrol tetap ada di orang dewasa.
Konten pembelajaran online saat ini juga dibuat menyenangkan dan semenarik mungkin yang mengakibatkan perhatian anak terkunci di situ.
“Orang tua senang karena anak tenang. Dibelikan lah tablet dan dikasih pelindung yang lucu,” tulisnya.
Padahal, seharusnya saat usia balita anak-anak memerlukan stimulasi tidak hanya konten visual, tetapi juga suara, bau, sentuhan yang bervariasi dan dinamis dua arah dengan lingkungan serta dapat mencakup aktivitas fisik dan sosial. Stimulasi ini akan membuat perkembangan otak anak berusia di bawah lima tahun dapat berkembang dengan baik.
Sementara screen time berlebih justru akan menganggu setidaknya tiga proses perkembangan otak, yaitu sinaptogenesis, mielinisasi dan synapsis pruning.
Jika proses tersebut terganggu, maka otomatis perkembangan balita juga terganggu. Hal ini bisa terjadi di beberapa domain perkembangan sekaligus karena otak yang memerankan terhadap fungsi-fungsi tersebut terganggu juga perkembangannya.
Apabila area korteks prefrontal dorsolateral yang terpengaruh, maka anak akan memiliki masalah atensi dan daya ingat. Jika yang terganggu area korteks motorik, maka kemampuan motorik anak yang akan terpengaruh. Hal ini bisa mengakibatkan anak tidak bisa memegang mainan, menggunakan baju hingga menaiki sepeda sendiri.
Sedih gak? sedih lah, dan ketergantungan anak terhadap gadget sepenuhnya adalah tanggung jawab orang tua. Jadi apa yang harus kita lakukan? Ada paling tidak tiga langkah, batasi, dampingi, dan berikan contoh.
— K. S. Denta (@sdenta) March 21, 2021
Cara mendidik anak usia 2 tahun agar cerdas adalah jangan pernah memberikan handphone sama sekali kecuali sekedar video call yang wajar. Untuk perkembangan anak pra sekolah, saat diusia pra sekolah usahakan maksimal pegang gadget sejam sehari disertai pendampingan orang tua.
Jika anak sudah lebih besar sedikit, tetap batasi penggunaan gadget di luar sekolah dan biasakan memperbanyak aktivitas fisik. Jangan lupa selingi dengan waktu istirahat sering-sering saat sedang sekolah daring jangan diperbolehkan melihat layar lagi saat di kamar. Orang tua harus tetap aktif mengontrol konten yang dilihat anak.
Dokter K. S. Denta juga mengimbau agar orang tua bertanggung jawab terhadap ketergantungan anak terhadap handphone atau tablet. Terdapat tiga langkah yang bisa Anda terapkan, yaitu batasi, dampingi serta berikan contoh. Sebisa mungkin orang tua juga memberikan teladan dengan cara tidak terlalu sering scroll media sosial di sekitar anak.
Trit Dokter K. S. Denta ditanggapi warganet dengan berbagai saran dan tips cara mengatasi anak 2 tahun yang kecanduan HP.